GERBANG AWAL

Catatan Pinggir adalah catatan-catatan yang menarik ... manakala dibukukan. Ibarat batu kerikil di pinggir jalan, catatan-catatan itu baru menarik perhatian jika sudah dikumpulkan di suatu tempat. Satu kerikil mungkin akan dianggap sama dengan jutaan kerikil lainnya di tepi sebuah jalan dan cenderung diabaikan, tapi coba kumpulkan dan letakkan kerikil-kerikil itu di titik tertentu, maka perhatian pemakai jalan mau tidak mau akan tertarik dan, mungkin, lalu bertanya-tanya dan menyusun asumsi-asumsi.

Demikian halnya dengan kolom Catatan Pinggir di Majalah Tempo. Kolom yang berada di halaman akhir majalah ini ditulis oleh Goenawan Mohamad. Jika Anda kebetulan berlangganan majalah Tempo, tentu Anda akrab dengan tulisan pendek di akhir majalah itu. Mungkin Anda akan membacanya, mungkin juga tidak. Mungkin Anda akan tergelitik karena tulisannya, mungkin juga tidak. Sebagian besar pembaca mungkin akan melupakannya. Tulisan-tulisan di akhir majalah itu, seperti halnya kolom-kolom pendek lainnya di media cetak, cenderung akan terlupakan.

Saya pun begitu. Apalagi saya bukan pembaca reguler majalah Tempo.

Signifikansi Catatan Pinggir baru saya sadari setelah saya “menemukan” buku berjudul Catatan Pinggir 5 di kost teman saya pada tahun 2002. Seperti kerikil yang bertimbun, kumpulan catatan itu menarik perhatian saya. Pertama, tentu adalah mengenai jumlahnya. Saya asumsikan, waktu itu, jika buku ini saja sudah bernomor “lima”, tentulah ada nomor-nomor sebelumnya. Jika dalam satu buku ini saja ada ratusan artikel, maka logikanya ada ratusan artikel lainnya yang sudah terbit, padahal tulisan-tulisan Catatan Pinggir masih secara teratur muncul di Majalah Tempo.

Saya terkesan dan kesan pertama saya adalah: manusia bernama Goenawan Mohamad ini pasti makannya buku, atau paling tidak dia makan nasi tapi lauknya buku.

Bagi yang menyukai Catatan Pinggir, salah satu hal yang mencolok mata dalam rangkaian tulisan itu adalah wawasan penulis yang sangat luas. Berbagai topik ditulis dengan beragam rujukan menciptakan semacam jejaring yang rumit. Membaca Catatan Pinggir dalam bentuk buku adalah seperti memasuki labirin dengan ribuan pintu. Pada pintu-pintu itu tertera nama seseorang, peristiwa, judul film, judul buku, dan sebagainya yang menggoda kita untuk memasukinya. Semakin sering Anda membuka dan memasuki pintu-pintu di dalam labirin itu, akan terasa adanya semacam jejaring yang saling terhubung di antara ruang-ruang di baliknya.

Blog ini adalah ikhtiar untuk menelusuri labirin itu dan membuka satu demi satu pintu di dalamnya. Tidak ada tujuan yang pasti, hanya sekadar semacam petualangan yang, sepertinya, akan mengasyikkan. Akan saya cantumkan tulisan catatan pinggirnya, sedapat mungkin saya urutkan berdasarkan tahunnya, dan kemudian saya sertakan tautan untuk menelusuri lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan tulisan dalam catatan itu.

Jika Anda mengaku pecinta Catatan-Catatan Pinggir Goenawan Mohamad, tidakkah Anda penasaran?

Mari kita mulai petualangan kita.

No comments:

Post a Comment